Amalia Biology World
Sabtu, 16 April 2016
TUGAS SPSS 2
Di bawah ini hasil dari uji asumsi klasik pengaruh umur dan jenis kelamin 20 siswa terhadap nilai 20 siswa
Senin, 11 April 2016
Tugas Komputer SPSS
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, berikut ini merupakan data SPSS dari tinggi badan 20 orang sampel dengan menghitung Descriptives Statistics dan Compare Means untuk memenuhi tugas mata kuliah komputer . Semoga bermanfaat :D
Spss amalia ufa from amalia04
Minggu, 07 Juni 2015
Bakteri Gram Positif
Terapi
Kulit Clostridium botulinum
Apa itu Clostridium botulinum ? Clostridium botulinum merupakan
bakteri Gram-positif berbentuk batang, anaerobik (dapat tumbuh di lingkungan
yang tidak mengandung oksigen bebas), panjangnya antara 3 μm hingga 8 μm.lebarnya
antara 0,4 μm hingga 1,2 μm,dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun
syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan
dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme
(A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun
yang diproduksi oleh setiap strain. Klasifikasi dari bakteri C.botulinum dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Domain
: Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Spesies : Clostridium botulinum
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Spesies : Clostridium botulinum
Dimanakah bakteri tersebut dapat tinggal ? Penyebaran bakteri C. botulinum melalui spora yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut. Habitat spora C. botulinum dapat
ditemukan di saluran pencernaan manusia, ikan, burung, dan hewan ternak. Selain
itu, spora C. botulinum juga dapat ditemukan di tanah, pupuk organik,
limbah, dan hasil panen. Spora tersebut dapat berakhir di usus hewan yang
memakan hewan atau tumbuhan yang terkontaminasi spora tersebut kemudian
memasuki rantai makanan manusia. Lalu seperti apa peranan bakteri tersebut
dalam ekosistem ? Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan bahwa bakteri C.
botulinum merupakan bakteri penghasil racun (enterotoksin atau eksotoksin)
dapat mencemari badan air, spora dapat masuk ke dalam air melalui debu atau
tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika makanan atau minuman dan air
bersih tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang memungkinkan bakteri
tersebut dapat mengeluarkan racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan
keracunan makanan.
Jadi, bagaimana peranan bakteri C. botulinum dalam perawatan kulit ? Pada
dasarnya bakteri C.botulinum ini merupakan bakteri racun bagi makanan
dan minuman yang tercemari oleh air yang sudah mengandung spora bakteri
tersebut. Bahkan menurut Dwidjoseputro (2005) makanan yang telah dipasteurisasi
pun juga dapat mengandung racun (toksin). Makanan yang telah dipasteurisasi
kemudian terus menerus disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar yang dapat
mengandung racun yang berasal dari Clostridium botulinum. Spora-spora
dari bakteri ini tidak mati dalam proses pasteurisasi karena ia bisa hidup
tanpa oksigen, maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta
menghasilkan toksin. Mengapa demikian ? ada hal yang mendasari
terbentuknya toksin pada bahan makanan yakni : adanya sejumlah C. botulinum
yang memperbanyak diri dan selanjutnya dihasilkan toksin pada bahan makanan
yang tercemar. Diketahui bahwa bentuk sporanya adalah kontaminan yang sangat
besar, yang mana akan bersifat toleran terhadap berbagai situasi dan akan
membunuh sel vegetatif yang selanjutnya menyisakan sel yang dormant (terhenti)
untuk periode yang lama sebelum memperbanyak diri untuk menjadi sel vegetatif apabila
kondisinya mendukung (Suardana, 2001; Cliver, 1990).
Bagaimana solusinya ? cara
pencegahan untuk perkembangan spora dan produksi toksin dalam makanan dapat
diterapkan dengan cara proses thermal efektif dan dengan formulasi produk yang
tepat, dimana setiap perubahan yang terjadi pada suatu proses dan formulasi
produk harus teliti dan dibuat dengan menerapkan metode HACCP, dengan tujuan
dapat mengontrol dan menghancurkan keberadaan Clostridium botulinum. Nah
di jaman sekarang ini ternyata racun bakteri
C.botulinum juga berperan sebagai perawatan bagi kulit yang dinamai
dengan Botox (Botulinum toxin). Racun bakteri C.botulinum itu
diencerkan dan disuntikkan
ke wajah memblokade zat pengantar
listrik Acethylcholine, sehingga transmisi pesan ke otot tidak
berlebihan,otot tidak menerima pesan untuk berkontraksi secara berlebihan, otot
tidak kaku dan mengejang. Hasilnya, kulit menjadi kencang. Sekali suntik, kulit
yang kendur bisa kembali kencang selama tiga sampai empat bulan, namun setelah
itu harus disuntikkan lagi. Nah berikut ini manfaat Botox dalam dunia perawatan
kulit :
- Meremajakan kulit wajah dengan cepat dan mudah
- Menyamarkan kerutan di wajah yang tampak seperti garis-garis saat kita tertawa
- Menaikkan alis
- Menghilangkan kerut di dahi
- Mengurangi pengeluaran keringat (telapak tangan dan ketiak)
Lalu apakah suntik Botox itu aman ? Ini dia solusinya..
Pada
tahun 2002, Badan regulator obat-obatan Australia, The Theurapeutic Goods Administration dan , Food and Drug Administration (FDA)
Amerika juga menyetujui botox sebagai perawatan sementara untuk menghilangkan
kerutan pada wajah orang dewasa. Meskipun kedua Badan dunia tersebut menyetujui
keamaan Botox, ada baiknya anda berkonsultasi ke dokter yang professional
menangani Botox tersebut karena di samping suntik Botox ini harus dilakukan
berkali-kali dan juga tidak tahan lama tentu ada efek yang diberikan di masa
mendatang. So, merawat kecantikan wajah itu boleh asalkan tidak berlebihan dan
yang lebih penting syukurilah apa yang sudah Allah beri termasuk rupa wajah
kita karena sesungguhnya segala sesuatu yang merubah bentuk aslinya dengan
sengaja adalah haram hukumnya. Yuk, mari kita sama-sama memilih perawatan kulit
yang tidak hanya aman, namun juga membawa berkah AAMIIN
Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat
yaaaa :D
DAFTAR PUSTAKA
diakses pada tanggal 04 juni 2015 pukul 08.15 WIB
Garrity, G, editor-in-chief. Bergey’sManual
of Systemathic Bacteriology.2end ed., Vol.IV.New
York: Springer-Verlag.2001.
diakses pada tanggal 04 juni 2015 pukul 08.27 WIB
Diakses pada tanggal 04 juni 2015 pukul 08.46
WIB
Langganan:
Postingan (Atom)